Saturday, September 5, 2015

Surabaya, 5 September 2015 - Ada baiknya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Ali Yafi biasa dipanggil Aal mulai kecil hingga sekarang namun waktu kecil juga sering dipanggil Otong. Sudah menginjak semester ketujuh sejak saya pertama kali masuk di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi pada tahun 2012. Sudah lebih dari tiga tahun otak ini diajak untuk terus berpacu dengan modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang.

Teknik? memang sebagian besar orang mengarah ke mesin, motor atau apapun yang berhubungan dengan kendaraan apabila disebut kata tersebut. Ya, memang menjadi hal yang umum di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, sejatinya Engineering itu sangatlah luas. jika diklasifikasikan bidang keilmuan yang ada semisal Teknologi Industri, Teknologi Informasi, Teknologi Kelautan, Teknologi Perencanaan, Teknologi Kebumian, Teknologi Tambang dan Minyak, dan masih sangat banyak bidang keilmuan yang mencakup ke-teknikan. Dengan luasnya ilmu teknik harusnya bisa menghapus paradigma masyarakat yang mengakar hingga sekarang ini. menurut saya paradigma inilah yang menjadi salah satu kendala mengapa prosentase lulusan Sarjana Teknik di Indonesia relatif sedikit dibandingkan dengan negara-negara lain.


Saya mengutip dari kompas.com yang terbit pada 23 April 2015 yang mengatakan bahwa pasokan Sarjana Teknik saat ini Indonesia rata-rata hanya 37.000 orang sedangkan kebutuhan akan S.T adalah 57.000 dan pada rentang 2015-2020 kebutuhannya 90.500 orang namun Indonesia hanya mampu menyediakan 75.000 S.T. Tentunya dari data di atas dapat disimpulkan perguruan tinggi masih belum mampu menyediakan stok yang berlebih, bahkan kata 'pas' saja masih jauh dari target yang harusnya mampu dipenuhi. Nah, apalagi dengan sumber daya alam Indonesia yang bisa dikatakan melimpah, jika 'lagi-lagi' masyarakat pribuminya tidak mampu mengolahnya padahal teknologi sudah punya, ya jangan salahkan kalau pemerintah mau tidak mau menerima tawaran invest dari perusahaan asing yang sudah lebih siap dan ya kemungkinan yang bakal terjadi dari dulu sampai saat ini adalah "Indonesia tidak mampu menjadi raja di kandang sendiri". Cukup miris sebetulnya, namun tentu saja masyarakatnya lah yang juga harus turut berpartisipasi dalam mencegah "penjajahan" akan SDA maupun SDM kita.

Orang sering mengatkan bahwa kuliah teknik adalah kuliahnya cowok, memang terkadang ada benarnya, namun seiring perkembangan zaman hal ini sudah mulai terlihat agak usang. Mengapa? tengok saja beberapa kampus negeri yang berada di Jawa Barat, coba bandingkan jumlah mahasiswi dari tahun ke tahun, tentu saja nilainya meningkat. Hal ini disebabkan karena mulai mengertinya mereka bahwa S.T tidak hanya nanti bekerja di Perusahaan yang harus kerja keras, ber-temperatur tinggi, dan pressing yang luar biasa, melainkan semakin kesini Engineer juga bisa menjadi konsultan, bekerja di kantor dengan ruangan ber-ac dll. namun tentu saja perjalanan menjadi S.T tidak mudah, bahkan sangat tidak mudah. Tidak jarang alumni dari jurusan teknik mengatakan bahwa masuk jurusan teknik itu gampang, namun keluarnya (lulusnya) sangatlah susah. harus ngerjain Tugas Akhir lah, bikin prototype lah, apalah-apalah. Ya memang itu semuanya benar, namun di situlah seninya Teknik, di situlah tantangan dimana otak kita akan terus bekerja, akan terus semakin menjadi lebih baik.

ada satu lagi hal yang sangat diingat oleh orang ketika mendengar kata teknik, yaitu gaji yang besar. kalau bicara soal uang tentunya tiap orang memiliki perspektif yang berbeda. besar kecilnya gaji itu relatif, karena manusia memang dikodratkan tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya. namun, secara umum memang layak jika seorang Engineer diberi gaji yang besar atas jasa berupa fisik, pikiran, mental yang telah ia berikan kepada perusahaan atau instansi di mana dia bekerja. Karena berkat keberadaannya lah teknologi semakin berkembang, kemudahaan manusia dalam mengerjakan apapun semakin ditingkatkan.

 Jangan ragu untuk menambahkan namamu dengan gelar S.T atau Ir. Indonesia membutuhkan sosok yang mampu mengolah SDA nya sendiri, sosok yang mampu menunjang kemandirian bangsa di bidang energi dan juga teknologi. Ingat! tiap profesi memiliki peran yang berbeda, namun saat ini dan di masa yang akan datang Indonesia sangat mengharapkan hadirnya Engineer yang berkompeten guna mencukupi kebutuhan di bidang keilmuan Teknik.
Next
Newer Post
Previous
This is the last post.

0 comments:

Post a Comment